Presiden AS, Joe Biden, telah bergerak untuk memblokir akuisisi raksasa baja Jepang, Nippon Steel, yang dilakukan oleh pembuat baja asal Amerika, US Steel. David Burritt yang merupakan CEO perusahaan tersebut jelas tidak senang atas rintangan baru yang ada, dengan alasan bahwa ini bukan sekedar keputusan politik tetapi juga dapat dilihat sebagai korupsi politik yang "memalukan".

Menurut Burritt, tindakan Biden telah menghina Jepang, yang menurut pejabat AS merupakan "sekutu ekonomi dan keamanan nasional yang vital." Hal ini menunjukkan bahwa aliansi ekonomi dalam politik global bukan sekadar angka di atas kertas saja. Aliansi tersebut mewakili seluruh koalisi dengan simbol-simbol yang kuat dan gelar yang terhormat.

Menurut pandangan Burritt, Biden tidak hanya membahayakan hubungan ini, tetapi juga daya saing Amerika Serikat. Dalam konteks seperti itu, kehilangan posisi tentu bukan hal yang sangat diinginkan.

Dengan cara ini, Burritt mengisyaratkan bahwa AS memerlukan seorang presiden yang tidak hanya mengetahui bagaimana memandang masa depan tetapi juga yang mampu cara mengamankan kesepakatan yang tepat bagi negara tersebut. Ia bahkan mengatakan bahwa kerja keras diperlukan di area ini, yang menyiratkan seruan halus untuk pemimpin yang lebih proaktif dan dinamis.

Sebelumnya dilaporkan bahwa Biden menentang kesepakatan tersebut untuk mengungguli Presiden terpilih Donald Trump, yang menunjukkan bahwa Partai Republik juga berencana untuk mengambil langkah serupa guna menghindari akuisisi semacam itu.

Persaingan politik antara Biden dan Trump sepertinya terlihat begitu intens sehingga keduanya tidak dapat menahan kesempatan untuk menunjukkan siapa pemimpin yang "tepat" bagi Amerika, bahkan untuk industri baja.

Bagaimana konflik "besi" ini akan berakhir masih belum dapat dipastikan, tetapi satu hal yang pasti: baja bukan sekadar logam berat, baja merupakan topik yang begitu hangat di dalam politik AS.